Home Informasi Manfaat Konsumsi Protein Hewani untuk Pencegahan Stunting
Konsumsi Protein Hewani untuk Pencegahan Stunting Konsumsi Protein Hewani untuk Pencegahan Stunting

Manfaat Konsumsi Protein Hewani untuk Pencegahan Stunting

Konsumsi Protein Hewani untuk Pencegahan Stunting

  • Stunting sangat merugikan bagi pembangunan kualitas sumber daya manusia (SDM) bangsa Indonesia
  • Salah satu cara untuk mencegah stunting adalah dengan konsumsi protein hewani
  • Dalam pemilihan protein hewani ini tidak harus mahal. Banyak produk pangan protein hewani yang murah dan terjangkau seperti telur dan daging ayam.

Konsumsi Protein Hewani untuk Pencegahan Stunting

Pemerintah telah menetapkan stunting sebagai isu prioritas nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dengan target penurunan yang signifikan dari kondisi 24,4% pada 2021 menjadi 14% pada 2024.

Hal tersebut cukup beralasan, karena stunting sangat merugikan bagi pembangunan kualitas sumber daya manusia (SDM) bangsa Indonesia. Di mana orang dengan stunting tidak dapat bersaing secara fisik, akademik, hingga terganggu sisi kesehatannya. Hal ini sejalan dengan ungkapan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo dalam sebuah acara Indonesia Livestock Club (ILC) bertajuk ‘Pencegahan Stunting dan Pemenuhan Gizi Anak Indonesia’ yang diselenggarakan secara daring, Rabu (19/5).

“Salah satu cara untuk mencegah stunting adalah dengan konsumsi protein hewani. Kita tahu bahwa di 1000 hari kehidupan pertama, terjadi pertumbuhan otak yang berjalan dengan pesat. Setelah itu otak sudah tidak lagi begitu berkembang. Dan dalam perkembangannya tersebut, otak membutuhkan asupan protein yang cukup. Terlebih kebutuhan akan asam amino yang ada di produk hewani. Dan yang harus diperhatikan adalah stunting pada anak kurang dari 2 tahun masih bisa diperbaiki atau dikoreksi. Namun kasus stunting pada anak umur lebih dari 2 tahun akan sangat sulit diperbaiki dan peluang kecil. Inilah pentingnya 1000 hari kehidupan pertama itu,” terangnya.

Oleh karena itu, Hasto melanjutkan, apabila orang tua ingin anaknya cerdas dan terhindar dari stunting, maka setelah umur 6 bulan ke atas sudah harus disediakan sumber protein hewani pada Makanan Pendamping ASI (MPASI)-nya. Selain pola konsumsi pada bayi, orang tua juga harus memperhatikan pola makan mereka.

Persoalan stunting juga dapat disebabkan oleh faktor orang tua yang mempunyai permasalahan kesehatan, seperti anemia. Oleh karenanya, Hasto mengingatkan bahwa penting adanya persiapan matang bagi remaja yang hendak menikah atau mempunyai anak. Salah satunya adalah memperhatikan asupan protein hewani.

“Terutama untuk laki-laki yang harus ditingkatkan adalah konsumsi zinc dan vitamin C untuk meningkatkan kualitas sperma, sedangkan untuk perempuan yang kurus harus mengonsumsi makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Dan hal yang paling penting disiapkan adalah asam folat, karena perempuan yang defisiensi asam folat maka memungkinkan anak mengalami kecacatan. Selain itu, yang juga perlu diperhatikan adalah konsumsi vitamin D. Apabila terjadi defisiensi vitamin D akan menyebabkan plasenta tipis, sehingga sari makanan yang diterima bayi akan sedikit dan memungkinkan bayi stunting,” tambahnya.

Pemilihan protein hewani tidak harus mahal. Banyak produk pangan protein hewani yang murah dan terjangkau, seperti telur dan daging ayam. Selain mengandung asam amino yang mudah diserap tubuh, juga mengandung omega 3 yang sangat dibutuhkan oleh anak dan ibu hamil.

Oleh karena itu, mengonsumsi protein hewani untuk pencegahan stunting sangatlah penting. Apabila angka stunting di Indonesia saat ini sebesar 21,6 %, maka sangat mungkin bagi kita untuk menurunkan persentase tersebut dengan cepat, karena sumber protein hewani kita cukup berlimpah.

“Saya kira kita perlu terus dilakukan kampanye mindset di masyarakat kita. Di mana konsumsi gizi seimbang perlu terus dikampanyekan. Banyak orang malnutrisi, karena kurang memahami apa yang dikonsumsi. Untuk itu perlu terus dikampanyekan bahwa dalam makanan yang kita makan harus bergizi seimbang, termasuk protein hewaninya. Dalam hal ini kita bisa mencontoh Jepang. Negara ini telah melakukan revolusi makan ikan, sehingga peningkatan konsumsinya berjalan luar biasa. Hal ini mengubah masyarakat Jepang yang dulu dikenal pendek, sekarang menjadi tinggi dan cerdas. Saya kira hal ini juga perlu kita lakukan,” tegasnya.

 

Tentang BroilerX

merupakan perusahaan teknologi yang mempunyai visi menyediakan layanan peternakan unggas modern dengan dukungan teknologi mutakhir terbaik di kawasan Asia Tenggara. Dengan misi penerapan peternakan unggas yang presisi, penyediaan layanan dan produk teknologi yang terjangkau untuk usaha perunggasan, serta menghubungkan ayam, peternak dan konsumen, BroilerX berkomitmen menumbuhkan nilai-nilai ‘presisi’, ‘kolaborasi’, dan ‘tanggung jawab’. 

BroilerX juga bertekad membantu pertumbuhan UMKM bidang peternakan unggas, menyediakan layanan konsultasi peternakan unggas, penyediaan teknologi informasi dan otomatisasi peternakan ayam, analisis big data dan kecerdasan buatan, serta optimalisi dan efisiensi proses produksi.

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

Aldi | BroilerX |  0822-3382-9339, 0811 2648 133 | [email protected]

 

Baca juga artikel menarik berikut ini:

Adopsi Teknologi Perunggasan pada Peternakan Ayam Broiler

 

 

Share Artikel ini ke:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *