Home Informasi Pemanfaatan Criss Cross Inheritance pada Breeding Ternak Unggas

Pemanfaatan Criss Cross Inheritance pada Breeding Ternak Unggas

Mungkin banyak diantara pembaca masih asing dengan istilah Criss Cross Inheritance. Jika Anda masih bingung, maka berikut penjelasannya, Criss Cross Inheritance merupakan cara pewarisan bersilang, contohnya: sifat tertentu pada pejantan (misal warna bulu) akan diwariskan kepada semua anak betinanya dan sifat induk akan diwariskan kepada semua anak pejantannya.

Cara perkawinan dengan memanfaatkan sex-linkage ini banyak dimanfaatkan oleh para breeder unggas petelur dalam menentukan jenis kelamin unggas sejak satu hari setelah menetas. Karena pada prinsipnya, seorang breeders ayam petelur akan berusaha menghasilkan ayam betina sebanyak-banyaknya dan segera mengculling ayam pejantan sejak dini, sehingga ketika pemeliharaan dan sampai unggas dapat dibedakan jenis kelamin dengan melihat pada bagian jengger, bentuk bulu, bagian kloaka dapat diminimalisir karena ketika pembesaran unggas artinya akan juga mengeluarkan biaya sapronak (pakan, vaksin, obat-obatan, listrik, pemanas gas, dll).

Sebenarnya untuk membedakan jantan dan betina dari unggas, dapat digunakan dengan cara melihat bagian kloakanya, bulu primer dan sekunder saat unggas umur sehari, atau juga melihat ayam tersebut ketika sudah dewasa dengan mengetahui apakah ayam berkokok atau tidak, dll. Namun cara ini akan membutuhkan waktu yang lama dan sangat tergantung dengan kebiasaan dari orang yang dapat mengetahui jenis kelamin unggas dengan ciri tersebut. Sebagai contoh berikut ini, bagi Anda yang belum terbiasa, apakah Anda dapat membedakan ayam berikut jantan atau betina?

Menentukan Jenis Kelamin Burung Puyuh
Pada usaha budidaya puyuh untuk produsi telur keberadaan puyuh jantan harus diminimalkan, karena selain mengganggu ketenangan puyuh betina juga memboroskan ransum. Untuk itu peternak harus jeli dalam menentukan jenis kelamin anak puyuh sebelum dipeliharannya.
Khusus untuk usaha produksi telur, puyuh jantan harus disingkirkan, karena dapat mengganggu ketenangan puyuh betina. Telur-telur yang dihasilkan betina juga akan cepat rusak dan membusuk karena adanya embrio. Di samping itu juga menambah beban karena memboroskan ransum. Tetapi dalam kondisi tertentu, puyuh jantan juga sangat diperlukan, misalnya untuk menghasilkan telur yang bisa ditetaskan. Hanya saja keperluannya relatif sedikit. Cukup dua sampai tiga ekor untuk sepuluh betina. Inilah yang mengakibatkan nilai jual puyuh jantan menjadi rendah di mata peternak, khususnya peternak pengusaha telur. Hal ini sebenarnya bisa dihindari bila peternak mampu melakukan pemisahan.
Oleh karena itu banyak usaha breeding puyuh komersial dilakukan dengan cara menyilangkan puyuh betina hitam dengan puyuh jantan cokelat agar diperoleh puyuh betina berwarna cokelat yang selanjutnya disebut sebagai commercial stock dengan memanfaatkan fenomena crisscross inheritance. Penelitian yang dilakukan Prihtiyantoro et al. (2001) menyatakan bahwa pewarisan bersilang antara puyuh jantan cokelat yang dikawinkan dengan betina hitam dikendalikan oleh gen berwarna hitam yang bersifat sex linked dominan, sehingga pada keturunannya dapat dilakukan autosexing pada saat menetas. Namun, peternak melakukan persilangan puyuh tersebut hanya berdasarkan tradisi leluhur secara turun-temurun untuk melakukan autosexing, sehingga tindakan ini memungkinkan terjadinya variasi genetik antara ternak puyuh warna bulu hitam dengan puyuh warna bulu cokelat.

Dengan cara demikian maka unggas umur sehari dapat dibedakan jenis kelaminnya hanya dengan melihat perbedaan warna dari bulu unggas pada umur sehari tersebut (silahkan lihat gambar pada thumbnail judul tulisan ini), unggas dapat segera dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya hanya dengan melihat perbedaan warna bulunya. Cara ini tidak hanya untuk puyuh saja, melainkan semua unggas yang terdapat sex linkage gen dengan ciri spesifik tertentu pada fisik tubuhnya dan diketahui sejak unggas masing berumur sehari.

Cara-cara dengan memanfaatkan teknologi genetika ini banyak dipelajari dan digunakan untuk mengefektikan dan mengefisiensikan dalam proses usaha peternakan unggas. Dari semangat inilah BroilerX berupaya memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam dunia peternakan dan “dibungkus” menjadi produk dan dipasarkan di BroilerX, sehingga peternak dapat memanfaatkan produk tersebut tanpa harus berlama-lama dalam melakukan riset dan juga penyempurnaan produk.
Silahkan kunjungi website

BroilerX.com

untuk dapat mengetahui produk yang kami tawarkan dan bermanfaat bagi peternak.

Share Artikel ini ke:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *