Home Informasi Menyeimbangkan Program Afkir dan Peremajaan Budidaya Ayam Petelur
Menyeimbangkan Program Afkir dan Peremajaan Budidaya Ayam Petelur Menyeimbangkan Program Afkir dan Peremajaan Budidaya Ayam Petelur

Menyeimbangkan Program Afkir dan Peremajaan Budidaya Ayam Petelur

Menyeimbangkan Program Afkir dan Peremajaan Budidaya Ayam Petelur

  • Diperlukan adanya ketelitian dan ketepatan dalam manajemen yang akan diterapkan dalam usaha budidaya ayam petelur
  • Untuk keberlanjutan usaha ayam petelur, factor peremajaan harus diperhitungkan dengan matang sejak dari pemilihan DOC ataupun pulletnya
  • Dalam hal pengadaan pullet, dilakukan dengan teliti dan hati-hati: harus dilihat reputasi penyedia pullet, dan sebaiknya melihat secara langsung pemeliharaan pullet tersebut di kandangnya

Menyeimbangkan Program Afkir dan Peremajaan Budidaya Ayam Petelur

Dalam budidaya ayam ras, diperlukan sebuah ketelitian dan ketepatan dalam manajemen yang akan diterapkan. Berbeda dengan ayam pedaging yang mempunyai siklus produksi pendek, pemeliharaan pada ayam petelur mempunyai siklus produksi yang panjang, sampai lebih dari 90 minggu. Untuk itu, diperlukan berbagai manajemen yang seimbang agar produksi yang optimal dapat tercapai dengan waktu yang berkesinambungan. Dalam hal ini, program afkir dan peremajaan haruslah menjadi perhatian.

“Selama ini, memang ada umur tertentu ayam petelur dianggap memasuki masa afkir, yaitu setelah mencapai umur 90 minggu ke atas. Kalau pengalaman saya, ketika mencapai umur 90 minggu, saya melihat harga afkir. Ketika harga afkir tinggi, saya lepas tanpa melihat harga telur lagi. Pasalnya biasa terjadi saat momen seperti itu, harga telur juga sedang tinggi, sehingga peternak akan bingung mau afkir atau menunda. Tapi kalau saya lebih memilih afkir, sehingga peremajaan kita tidak terganggu. Dan kita juga masih bisa mengejar produksi dengan membeli pullet. Dalam program afkir dan peremajaan ini memang diperlukan keseimbangan. Disinilah seni nya bagi peternak,” jelas Heru Mulyanto, Shareholder Sentra Gemilang Mulia dan Komisaris BroilerX dalam acara Indonesia Livestock Club Series Ramadhan, Minggu (2/4). Acara yang diselenggarakan secara dalam jaringan (daring) tersebut terselenggara dengan kolaborasi Indonesia Livestock Alliance (ILA), Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI), BroilerX, dan Keluarga Muslim Fakultas Peternakan UGM (KMFPT).

Menurutnya, dengan kemajuan genetik dan teknologi pemeliharaan saat ini, membuat ayam di atas umur 90 minggu masih bisa mencapai produksi yang lumayan bagus. Bahkan, Heru mengaku bahwa beberapa koleganya dapat memelihara ayam petelur hingga di atas 100 minggu. Tentu dengan catatan manajemen pemeliharaannya bagus. Namun, di sisi lain yang juga harus diperhatikan selanjutnya adalah bagaimana program peremajaannya.

“Katakanlah afkir umur 100 minggu, dan peremajaannya mulai DOC, maka jelas akan terlalu lama. Saran saya kalau program afkir di atas umur 90, yang paling tepat untuk mengejar produksi adalah dengan pengadaan pullet. Jadi peremajaan ini memang harus diperhitungkan dengan matang. Dan apabila ditanya, lebih bagus memulai pemeliharaan dari pullet atau DOC, itu sangat bervariasi dan sesuai selera peternak. Tapi kebanyakan, bagi peternak yang pemeliharaannya dalam jumlah besar, untuk mengejar populasi atau tidak mau repot, mereka lebih memilih pullet. Tapi ada juga yang memilih mulai dari DOC, karena mempunyai lahan dan kandang yang memadai. Ini sangat bervariasi sekali,” terangnya.

Terlepas memulai dengan DOC ataupun pullet, ia menyarankan untuk senantiasa teliti dan berhati-hati dalam pemilihannya. Seperti halnya dalam pengadaan pullet, yang jelas harus dilihat reputasi penyedia pullet tersebut. Untuk memastikan hal tersebut, Heru menjelaskan, selama ini banyak pelanggannya sering melihat pemeliharaan pullet ke kandang secara langsung. Hal ini menjadi hal yang cukup penting.

“Kalau untuk DOC, faktor keseragaman saat fase starter dan grower merupakan hal yang sangat menentukan produksi ke depan. Oleh karena itu, ketika fase brooding, bisa dilakukan grading langsung. Hal ini untuk mencegah adanya kompetisi yang tidak seimbang yang mengakibatkan pertumbuhannya tidak rata,”jelasnya. Ayam yang besar makan, terus istirahat. Sedangkan, yang kecil makan belum selesai sudah habis. Inilah yang harus dihindari, sehingga ayam kecil dikumpulkan dengan yang kecil, yang besar dikumpulkan dengan besar.

Kalau program grading berjalan baik, biasanya dalam waktu 2 minggu ayam sudah bisa seragam, baik pada pemeliharaan closed house maupun open house. “Dalam memilih DOC, saya pikir keseragamannya antara 80-90 % dan memang dari breeding biasanya seperti itu. Kita biasanya susah untuk meminta ke breeding. Untuk itu kita sendiri yang harus mengatur grading dan mengejar bobot badannya,” jelas Heru Mulyanto.

 

Tentang BroilerX

merupakan perusahaan teknologi yang mempunyai visi menyediakan layanan peternakan unggas modern dengan dukungan teknologi mutakhir terbaik di kawasan Asia Tenggara. Dengan misi penerapan peternakan unggas yang presisi, penyediaan layanan dan produk teknologi yang terjangkau untuk usaha perunggasan, serta menghubungkan ayam, peternak dan konsumen, BroilerX berkomitmen menumbuhkan nilai-nilai ‘presisi’, ‘kolaborasi’, dan ‘tanggung jawab’. 

BroilerX juga bertekad membantu pertumbuhan UMKM bidang peternakan unggas, menyediakan layanan konsultasi peternakan unggas, penyediaan teknologi informasi dan otomatisasi peternakan ayam, analisis big data dan kecerdasan buatan, serta optimalisi dan efisiensi proses produksi.

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

Aldi | BroilerX |  0822-3382-9339, 0811 2648 133 | [email protected]

 

Baca juga artikel berikut:

Solusi Permasalahan Perunggasan melalui Pembangunan Sistem

 

 

Share Artikel ini ke:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *