Home Informasi Koksidiosis pada unggas dan cara pencegahannya

Koksidiosis pada unggas dan cara pencegahannya

Coccidia adalah merupakan parasit protozoa bersel tunggal dari genus Eimeria . Coccidia ditularkan dari unggas ke unggas secara fekal-oral (dari kotoran unggas yang terinfeksi ke mulut unggas lain yang sehat), atau dengan kata lain disebabkan oleh kondisi lingkungan dengan sanitasi yang tidak baik, dan siklus hidup memakan waktu rata-rata 7 hari. Spesies Eimeria adalah inang yang spesifik. Penyakit koksidiosis pada unggas ditandai dengan enteritis dan kerusakan jaringan seluler usus. Kerusakan usus disebabkan oleh replikasi koksidia di lapisan epitel saluran cerna. Salah satu ciri dari infeksi coccidia dapat menyebabkan feses berdarah, masalah mal-absorpsi dari nutrisi pakan, penurunan kinerja/performa ungga, dan yang paling parah akan menyebabkan kematian.

Spesies Eimeria yang umum mempengaruhi ayam meliputi: Eimeria acervulina, brunetti, maxima, mitis, mivati, necatrix, praecox dan tenella . Masing-masing Eimeria spp. menginfeksi bagian tertentu dari saluran usus dan dibedakan berdasarkan lesi makroskopik dan karakteristik mikroskopisnya. Koksidiosis sering terjadi pada peternakan ayam petelur (layer). Penyakit koksidiosis ini jika tidak teridentifikasi secara awal akan menyebabkan efisiensi ekonomi menjadi menurun, sehingga akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, dikarenakan proses pengendalian koksidiosis yang membutuhkan biaya dan tenaga ekstra, ternak menjadi rentan terkena penyakit sekunder yang lain, dan penurunan performa pada ayam dalam menghasilkan produk daging dan telur, oleh karena itu, jika kita dapat mendeteksi sejak awal, akan memutus rantai dari penyebaran penyakit ini, melalui beberapa tanda yang bisa kita ketahui.

Gambar di atas diperoleh dari Dr. Amit Kumar Pandey

Siklus hidup koksidia

Coccidia adalah parasit protozoa yang menggunakan ayam sebagai inang untuk proses replikasinya. Tidak ada hospes (inang) perantara yang terlibat dalam proses epidemiologi. Penyebaran bersifat mekanis oleh manusia / pekerja dan peralatan yang terkontaminasi oleh bibit penyakit. Ookista (bibit) Coccidia ada di mana-mana di lingkungan yang tercemar, sehingga di lingkungan kandang dibutuhkan sanitasi dan juga biosekuriti yang baik. Eimeriaspesies memiliki siklus hidup 83 jam hingga 7 hari dari saat mereka tertelan hingga saat ookista dikeluarkan ke serasah. Ookista coccidia harus menetas dan melalui sporulasi untuk menjadi infektif. Lingkungan kandang harus ideal untuk menghasilkan ookista bersporulasi dengan kelembaban sekitar 25%, oksigen yang tersedia menipis, dan panas kandang yang relative meningkat. Setelah sporulasi, setiap ookista memiliki 8 sporozoit infektif di dalam dinding selnya. Setelah tertelan, dinding sel pada sel di ampela ayam dan proventrikulus akan memecah di sekitar sporozoite berkumpul dan terdeposit, yang memungkinkan koksidia melakukan invasi ke sel epitel usus di mana sumber penyakit akan menjalani beberapa siklus reproduksi, baik secara aseksual dan seksual. Setiap siklus reproduksi menghasilkan kerusakan usus lebih lanjut karena Eimeria tersebut dapat memecahkan dinding sel dan menginfeksi sel-sel baru pada akhir setiap siklus. Siklus hidup koksidia penting untuk diingat saat mengelola program vaksinasi Eimeria dan dalam produksi tanpa kandang, alasan inilah yang menjadi latar berlakang dalam melakukan vaksinasi pada unggas sesuai dengan umur dari unggas tersebut dengan tahapan vaksin yang tepat.

Tanda-tanda klinis

Eimeria menyebabkan kerusakan langsung pada dinding usus yang mengakibatkan ketidakmampuan usus untuk menyerap nutrisi dengan baik dan mencegah bakteri patogen. Sehingga bibit penyakit ini akan menghalangi dinding usus dalam melakukan proses penyerapan nutrisi pakan dan pada akhirnya akan menghasilkan penurunan kinerja pada unggas, keseragaman ternak yang menjadi tidak seragam, ayam akan mengalami diare hemoragik, sehingga kotorannya encer dan bau menyengat, dan yang paling parah adalah akan terjadi peningkatan kematian pada unggas. Unggas hidup yang terinfeksi akan terlihat pucat pada area peal / jenggernya, bulu menjadi tampak kusam, tubuh semakin lesu dan aktivitas pergerakan ayam yang semakin menurun/lemas.

Diagnosa

Beberapa spesies Eimeria mudah didiagnosis karena lesi patognomoniknya. Misalnya, Eimeria tenella menyebabkan kerusakan parah pada lapisan usus yang mengakibatkan usus berisi darah dan feses yang muncul ‘grape-jelly’, serta terkadang muncul kotoran dengan bau menyengat (=orang jawa menganal dengan tahi lencung). E. necatrix juga menyebabkan kerusakan parah pada dinding usus. Lesi Eimeria ringan lainnya, paling baik dapat diobservasi dengan melakukan pembedahan ayam yang matidalam waktu 15 menit setelah kematian atau eutanasia karena degradasi post-mortem yang cepat. Koinfeksi dengan Clostridium perfringens dapat menyebabkan kerusakan tambahan dan dapat meningkatkan kematian. Konfirmasi infeksi Eimeria dapat dilakukan secara mikroskopis. Kumpulan koksidia juga dapat dinilai dengan mengkoleksi ekskreta ayam segar dan menghitung ookista per gram tinja dengan bantuan mikroskop.

Kerusakan pada dinding usus yang disebabkan oleh E. necatrix

Kontrol dan vaksinasi

Pelaksanaan peternakan yang baik, dapat dilakukan dengan penambahan obat anti-coccidial atau vaksinasi bakteri live merupakan langkah yang tepat dalam pengendalian koksidiosis tersebut. Vaksinasi adalah kunci untuk pengendalian koksidia pada unggas yang berumur panjang (contoh ayam layer yang berproduksi sampai dengan umur 70an minggu). Tubuh unggas tidak akan meningkatkan  kekebalan silang jika terinfeksi hanya dengan satu spesies Eimeria. Oleh karena itu, setiap spesies penyakit yang menjadi fokus dalam proses penyembuhan dan juga kekebalan, harus ada dalam program vaksin yang diberikan sesuai dengan umur unggas. Vaksinasi terjadi dengan menggunakan paparan virus yang sudah dilemahkan dan dengan jumlah serta kondisi yang terkontrol ke sejumlah Eimeriaspesies dan ookista di tempat penetasan atau di peternakan. Untuk mengembangkan kekebalan protektif setelah vaksinasi, penggunaan yang berulang dari siklus hidup koksidia 7 hari sangat diperlukan. Vaksinasi yang tepat membutuhkan sekitar 4 minggu siklus tanpa gangguan. Selama periode ini, anak ayam harus dipelihara di kandang dengan penggantian alas yang baik, sehingga kotoran tidak terdeposit lama di kandang dan lingkungan kandang harus memiliki kelembaban udara relatif 35-60% untuk memungkinkan sporulasi. Selama siklus coccidia, perhatikan unggas yang memiliki perilaku yang menunjukkan gejala terkena koksidiosis, sehingga dapat diambil upaya pencegahan sejak dini, selain dengan cara kontrol suhu dan kelembaban serta kebersihan lingkungan pemeliharaan unggas. Perilaku unggas akan berubah dengan siklus dan reaksi dari vaksin (ternak menjadi sedikit tidak nyaman dan cenderung sering berkokok) tersebut adalah normal dan terjadi selama 2-3 hari. Lakukan penyesuaian suhu lingkungan jika unggas tampak kedinginan atau mengalami demam, sehingga unggas akan menjadi nyaman selama proses setelah vaksinasi.

Jika kematian terkait koksidiosis terjadi, pemberian obat dengan agen anticoccidial tingkat rendah dapat dipertimbangkan, sebagai upaya pengobatan. Strain vaksin Eimeria spp. memerlukan dosis yang lebih rendah dan lama pengobatan anti-coccidial yang lebih pendek (2 hari) jika kematian telah terjadi dan diamati. Koinfeksi dengan Clostridium perfringens , menyebabkan enteritis nekrotik dan kematian, harus diobati. Konsultasikan dengan dokter hewan untuk melakukan perawatan yang direkomendasikan.

Referensi

  • Hector M. Cervantes, Larry R. McDougal and Mark C. Jenkins. Diseases of Poultry, 14th Edition
  • H.W. Peek and W.J.M. Landman. Veterinary Quarterly, Vol. 31, No. 3.
  • Lean J. Broom. World’s Poultry Science Journal 2021, Vol.77, No1.

Disadur dari berbagai sumber dan dialihbahasakan.

Share Artikel ini ke:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *