Home Tak Berkategori Ayam asli Indonesia, apa saja ya?

Ayam asli Indonesia, apa saja ya?

Selain kekayaan alam yang luar biasa subur, di Indonesia juga memiliki kekayaan Sumber Daya Genetik (SDG) dari satwa dan hewan ternak yang ada, baik ternak ruminansia, non ruminansia dan juga unggas. Menurut yang dituliskan oleh Nataamijaya (2000), melaporkan bahwa di Indonesia setidaknya terdapat 32 galur ayam lokal asli yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi ayam pedaging, petelur, petarung dan ayam hias. Apa sajakah ternak unggas yang dimaksud? Baca kelanjutannya ya?
Share Artikel ini ke:

BroilerX. Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa, di sebuah lagu ada yang menggambarkan negeri ini dengan peribahasa Gemah Ripah Loh Jinawi, yang artinya memiliki kekayaan yang berlimpah, bahkan syair sebuah lagu “Tongkat, kayu, dan batu jadi tanaman” mewaikili tanah Indonesia yang sangat subur. Hal tersebut tidak bisa dipungkiri, karena selain memiliki kondisi alam yang subur dan dilalui oleh garis katulistiwa, negara Indonesia juga memiliki musim yang hanya 2, yaitu musim panas dan musim penghujan. Indonesi juga kaya dengan adanya gunung berapi, yang ketika pasca guguran larva maka tanah di sekitar juga akan menjadi lebih subur.

Selain kekayaan alam tersebut, juga di Indonesia kaya dengan Sumber Daya Genetik dari satwa dan hewan ternak yang ada, baik ternak ruminansia, non ruminansia dan juga unggas. Menurut yang dituliskan oleh Nataamijaya (2000), melaporkan bahwa di Indonesia setidaknya terdapat 32 galur ayam lokal asli yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi ayam pedaging, petelur, petarung dan ayam hias. Hal yang menjadi perhatian kita semua adalah bagaimana cara melestarikan ayam yang ada sehingga dapat dijaga kelestarian Sumber Daya Genetiknya.

Ayam lokal asli adalah varietas ayam di suatu daerah yang telah mengalami seleksi dengan cara kawin silang atau budidaya secara khusus untuk menghasilkan turunan dengan sifat-sifat unggul.

Beberapa sifat unggul yang diinginkan diantaranya adalah: pertumbuhan yang cepat, produksi telur yang tinggi, sosok tubuh yang besar, rasa daging yang enak, resistensi terhadap penyakit, stamina yang baik, pertulangan kaki yang kuat, suara yang bagus serta bentuk dan warna bulu yang indah.

Kali ini kami akan tuliskan berbagai ternak unggas asli Indonesia, yang mungkin belum pernah diketahui oleh pembaca selama ini, berikut adalah daftarnya :

  1. Ayam Ayunai.

Ayam Ayunai  adalah unggas lokal berukuran sedang dari Merauke, Papua. Keunikan ayam ini terletak pada absennya bulu dari kepala hingga bagian atas tembolok sehingga leher tampak polos alias gundul.     

Umur siap kawin 8 bulan (jantan) dan 7 bulan (betina). Umur mulai fase produksi 6 bulan, lama produksi bertelur 30 bulan. Jarak antara masa bertelur 10─14 hari. Masa rontok bulu antar masa bertelur 6 minggu.

Dilihat dari produksi telur dan bobotnya, Ayam Ayunai sangat cocok dibudidayakan sebagai ayam petelur dan pedaging (Diwyanto dan Prijono, 2007).

  1. Ayam Balenggek.

Ayam Kukuak Balenggek adalah ayam lokal asli ranah minang Sumatera Barat. Ciri khas terletak pada pejantannya yang memiliki suara kokok (kukuak) sangat merdu dan bertingkat-tingkat (balenggek). Suara kokoknya bervariasi dari 6 tingkat hingga 24 tingkat.

Sepintas, ayam kukuak balenggek hampir sama dengan ayam kampung biasa, namun rata-rata ukurannya tergolong kecil hingga sedang dengan warna bulu bervariasi. Jengger umumnya tunggal dan berbentuk bilah/gerigi (single comb).

Ayam ini mula-mula tersebar di beberapa desa di Kecamatan Payung Sekaki dan Tigo Lurah (antara lain; Simanau, Simiso Batu Bajanjang, Garabak Data, Rangkiang, Muaro dan Rangkiang Luluih) Kabupaten Solok.

Populasi dan kualitas indukan ayam balenggek di tempat asalnya kini terus menurun akibat maraknya pembelian ayam-ayam jantan oleh orang dari luar daerah. Pejantan yang berkualitas ini umumnya dibeli dengan harga sangat tinggi.

Oleh penduduk setempat, ayam yang kualitasnya rendah dijadikan ayam konsumsi. Sedangkan serangan ND (Newcastle Disease) juga menyebabkan semakin menurunnya populasi ayam Kukuak Balenggek ini.

Dalam satu periode peneluran, ayam Kukuak Balenggek mampu menghasilkan telur antara 12-14 butir. Pada usia 6 bulan bobot dapat mencapai 1,6 hingga 2,2 kg.

Ayam Kukuak Balenggek cukup prospektif untuk dijadikan sebagai ayam petelur dan pedaging, namun potensi yang sangat besar sebagai ayam hias, kiranya tak perlu diragukan lagi.

  1. Ayam Bali.

Sesuai dengan namanya, ayam ini tersebar di Pulau Bali. Pejantan dipelihara sebagai ayam petarung. Penampilan fisiknya tergolong prima, yakni besar, padat dan jika berdiri tegak membentuk sudut 60O, sayangnya bagian lehernya agak pendek dan kepalanya sedikit kecil.

Ciri unik lainnya adalah sangat sedikitnya bulu yang tumbuh di bagian leher (trondol). Sepintas penampilan ayam gundul ini mirip ayam Ayunai atau ayam Saigon. Dibandingkan Ayunai, Ayam Saigon memiliki struktur tulang yang lebih tebal. Ukuran tubuhnya pun juga lebih besar.

Jengger ayam Ayunai kecil dan warnanya merah pucat. Ayam jantan dewasa berukuran sedang dengan bobot sekitar 2,5 kg. Jumlah telur rata-rata pada setiap periode bertelur  dapat mencapai 14 butir.

  1. Ayam Bangkalan.

Ayam Bangkalan termasuk galur ayam berukuran sedang dari  Pulau Madura. Berat badan diperkirakan berkisar antara 1,6 – 2,3 kg dengan produksi telur cukup tinggi.

Ayam ini berpotensi sebagai penghasil telur dan daging (dwiguna). Informasi tentang performans dan karakteristik ayam ini masih terbatas dan belum banyak di ketahui.

  1. Ayam Banten.

Ayam berperawakan tegap ini umumnya tersebar di daerah Banten. Ayam jantan berdiri tegak dengan bentuk leher dan badan yang cukup panjang, memberi kesan bahwa ayam ini berpostur tinggi seperti ayam Bangkok. Ekor  berukuran sedang. Kaki panjang dan memiliki pertulangan yang kuat.

Bobot ayam jantan dewasa sekitar 2-3 kg dan ayam betina sekitar 1,2-2 kg. Produksi telur sekitar 16 butir per periode bertelur. Meskipun bobot dan produksi telur cukup baik, ayam Banten lebih potensial untuk dikembangkan sebagai ayam petarung.

  1. Ayam Bekisar.

Ayam Bekisar adalah satu-satunya ayam lokal di dunia yang berasal dari persilangan 2 spesies ayam yang berbeda, yaitu: Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus) betina dan Ayam hutan hijau (Gallus varius) jantan.Ayam Bekisar sangat populer sebagai ayam hias di Jawa Timur termasuk Pulau Madura.

Ayam Bekisar banyak dicari orang terutama karena karakter suara kokoknya yang unik. Selain itu, warna dan bentuk tubuh ayam Bekisar juga menarik.

Berdasarkan ciri-cirinya, ayam Bekisar dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:

(1). Gallus aenus dengan jengger bergerigi 8 kecil,pial berukuran sedang, warna bulu pada lapisan atas ungu dengan plisir kuning emas.

(2).Gallus temminckii memiliki jengger bergerigi enam, pial berwarna jambu, bulu merah mengkilap dan berplisir merah kecoklatan.

(3). Gallus violaceus dengan jengger bergerigi bagus, ukuran pial sedang, warna bulunya ungu dengan permukaan yang halus

 

Ayam bekisar memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan ukuran ayam kampung jantan, tetapi lebih besar daripada induk jantannya. Warna bulunya hitam kehijauan dan mengkilap. Memiliki suara yang halus dan khas: tersusun dari dua nada.

Ciri fisik khusus dari ayam bekisar yang paling menonjol adalah bentuk ujung bulu lehernya  yang membulat , bentuk gelambir yang besar dan pial yang besar dengan tepi membulat.

Ayam bekisar biasanya mandul (infertile) karena merupakan hasil persilangan antara dua jenis ayam yang berbeda. Namun demikian, tidak semuanya demikian.

Ada pula ayam bekisar (jantan atau betina) yang bila dikawinkan dengan ayam kampung menghasilkan keturunan. Turunan ayam ini disebut Bekikuk. Bentuk dan posturnya sama dengan ayam Bekisar, hanya kadang-kadang pial dan bulu lehernya berbeda.

  1. Ayam Brugo atau Burgo.

Ayam Brugo atau Burgo adalah varietas ayam hasil persilangan antara ayam hutan merah jantan dengan ayam kampung betina.  Ayam ini populer di Jawa Barat, Lampung dan Sumatera Selatan.

Ayam Brugo memiliki sosok yang mirip dengan ayam hutan. Namun, postur tubuhnya lebih gempal. Suaranya lebih nyaring dan frekuensi kokoknya juga lebih sering. Ayam Brugo juga lebih tahan terhadap penyakit, tidak mudah stress dan lebih jinak.

Produksi telur dan bobot tubuh ayam Burgo tidak jauh berbeda dibandingkan dengan ayam kampung biasa. Ayam Brugo lebih berpotensi untuk dikembangkan sebagai ayam hias, karena nilai jualnya lebih tinggi.

  1. Ayam Cemani.

Ayam cemani adalah varian ayam kedu hitam yang berasal dari daerah Kedu, Jawa Tengah. Ayam ini sangat unik karena seluruh bagian luar tubuhnya berwarna hitam sempurna.

Jengger berbentuk tunggal (single comb), gelambir, bulu, kulit, paruh, kuku, ceker, lidah dan langit-langit mulut, semuanya berwarna hitam legam. Bahkan daging dan tulangnya pun berwarna hitam. Kata cemani berasal dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuno yang berarti hitam legam.

Ayam Cemani banyak dibudidayakan oleh masyarakat di desa Kedu, desa Beji dan desa Kahuripan, Kecamatan Kedu. Kabupaten Temanggung. Proses seleksi dilakukan secara tradisional dengan menyilangkan ayam cemani jantan dan ayam cemani betina.

Asal-usul ayam Cemani ini kurang begitu jelas, namun diduga berasal dari hasil persilangan antara ayam kampung dengan ayam Australops yang dibawa oleh tentara Inggris saat Raffles menjadi Gubernur di Indonesia. Ayam Cemani tercatat sudah ada sejak tahun 1900-an.

Sosok ayam cemani tidak berbeda jauh dengan ayam kedu pada umumnya, dengan bobot 3-3,5 kg (jantan) dan 2-2,5 kg (betina). Produksi telur ayam cemani cukup tinggi. Untuk ayam yang diumbar dan semi intensif, produksi telur berkisar 56-77 butir/tahun.

Jika dipelihara secara intensif di kandang batere, ayam Cemani dapat memproduksi telur hingga 215 butir/tahun. Meskipun bobot dan produksi telur tergolong tinggi, ayam cemani lebih berpotensi untuk dikembangkan sebagai ayam hias.

“Mengenal Lebih Jauh Ayam Cemani” oleh Muryanto pada Majalah Poultry Indonesia No. 132/TH XII-Januari 1991, halaman 16-20).

  1. Ayam Ciparage.

Ayam Ciparage adalah varietas ayam petarung lokal terbaik asli Indonesia. Ayam ini berasal dari kampung Ciparage, Desa Cilamaya, Kabupaten Karawang Jawa Barat.

Konon ayam Ciparage adalah keturunan dari ayam milik adipati Singaperbangsa yang melegenda. Populasi ayam ini tidak diketahui dengan pasti sehingga oleh sebagian ahli, ayam ini  dianggap telah punah.

Ayam Ciparage memiliki sosok yang gagah. Sepintas bentuknya mirip ayam Bangkok, namun berukuran lebih kecil. Tubuhnya tampak proporsional dan kokoh. Bentuk kepala mirip ayam Aseel dari India. Ekor dan warna bulunya mirip ayam Sumatera.

Sayap ayam Ciparage berukuran cukup besar. Bulu-bulu ekor tumbuh lebat. Kepala berukuran sedang. Pial dan gelambir kecil, tumbuh agak ke depan berbentuk chusion, pea atau strawberry.

Paruh ayam Ciparage tergolong pendek, sedikit melengkung dan runcing. Kaki agak pendek, kokoh berwarna kuning kemerahan. Taji tumbuh sangat baik, berukuran besar dan meruncing. Tatapan mata tajam dan waspada. Bobot tubuh berkisar antara 2 – 2,5 kg.

Ayam Ciparage asli hanya memiliki 2 tipe warna, yaitu: tipe Jalak dengan seluruh bulu tubuh  berwarna hitam mengkilat kecuali leher yang berwarna kemerahan dan tipe Jali Emas dengan bulu didominasi warna coklat keemasan.

Dari beberapa sumber, diketahui bahwa ayam ini memiliki gaya bertarung yang cepat seperti ayam Birma. Pukulan tajinya akurat dan bertubi-tubi mengarah ke kepala dan leher lawan. Gaya bertarung seperti ini sangat mematikan bagi lawan yang ukuran tubuhnya sama. Bahkan, ayam Ciparage seringkali mampu mengalahkan lawan yang lebih besar.

Populasi trah ayam Ciparage berdarah murni kian merosot akibat kurangnya pelestarian, maraknya upaya kawin silang dengan jenis ayam lainnya dan meningkatnya pamor ayam-ayam impor yang memiliki ukuran lebih besar seperti ayam Bangkok, Ga Noi, Brazilian dan lain-lain.

Untungnya, masih ada salah satu farm di Purwakarta, yaitu ayam tangkas Wanayasa yang berupaya untuk terus melestarikan ayam Ciparage. Semoga makin banyak farm-farm di Indonesia yang tertarik untuk melestarikan ayam laga legendaris asli Indonesia ini.

  1. Ayam Delona.

Ayam Delona adalah jenis ayam petelur  dari Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Sekilas sosok ayam ini mirip ayam ras petelur leghorn strain hyline. Tubuh ayam Delona langsing dan berbulu putih bersih. Bagian jengger, gelambir, dan kulit mukanya berwarna merah cerah. Warna kakinya putih, kadangkala ada yang kuning keputih-putihan.

Berat ayam jantan dewasa sekitar 2 kg dan ayam betina sekitar 1 kg. rata-rata produksi telurnya per tahun sebanyak 200 butir. Berat telur yang kerabangnya (cangkang) berwarna coklat ini antara 40-45 gram per butir.

 

Sumber : Disarikan dari berbagai sumber.

Share Artikel ini ke:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *